بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saudaraku, saat ini kita hidup di zaman yang begitu dahsyat seperti ombak yang langsung mendobrak keimanan seusai bulan puasa yang penuh keberkahan sebagai ujian dan cobaan.
Akan tetapi, ombak dan badai yang menerpa itu dapat berfungsi untuk membedakan siapa yang tegar dan selamat di dalam perahu Nabi Nuh S dan siapa yang keropos sehingga hanyut dan tenggelam.
Membuat statement besar tanpa bukti dan bimbingan Ulama Robbani di zaman fitnah hanyalah memperbesar api fitnah dan melampaui pagar batas wewenang seseorang di luar wilayahnya, bahkan justru menyibak topengnya.
Lebih ironis lagi, ketika menerima hadiah nasehat dari saudaranaya, bukannya berterima kasih dan menjadi bahan evaluasi diri, akan tetapi malah menolak dan mencaci. Bukankah itu adalah sifat manusia yang paling dibenci ?
Sungguh ini adalah pelajaran yang berarti bagi kita semua, bahwa hanya Allah E yang dapat membolak balikkan hati, sungguh tidak ada jaminan bagi kita untuk dapat istiqomah sampai mati, maka perbanyaklah doa agar Allah E mengawal hidayah ini sampai ke Surga nanti.
Pelajaran yang lain yaitu, jangan pernah mengkultuskan orang yang masih hidup sekalipun dia adalah seorang ustadz, kyai atau da’i, karena kebenaran tidak diukur dengan individu seseorang, namun hanya dengan wahyu Ilahi. Maka tanamkanlah kebenaran di hati, niscaya kita akan tahu siapa yang mengikuti dan siapa yang menyelisihi.
Pelajaran yang lain lagi, kita harus dapat menjaga pergaulan dan selektif dalam memilih teman, karena salah satu faktor terbesar apabila seseorang telah terindikasi terkena virus syubhat adalah berteman dengan orang yang bermasalah. Ingat, hati itu lemah sedangkan syubhat kencang menerpa.
Ya Allah, Dzat yang Maha Membolak Balikan Hati, tegarkanlah kami di atas Al-Quran dan sunnah sesuai dengan manhaj salaf sampai Engkau mencabut nyawa kami.
Narasumber :
Ustadz, Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi.
Leave a Reply