بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa, suksesnya berumah tangga dapat terwujud apabila ada dua hal yang telah berhasil diraih, yaitu :
- Mempunyai keturunan.
- Mempunyai banyak harta.
Namun sebetulnya bukan kedua hal tersebut yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam berumah tangga, hal itu telah terbukti :
- Aisyah J tidak dikaruniai keturunan selama menjalani kehidupan berumah tangga, lalu apakah kita akan menganggap kehidupan rumah tangga beliau tidak harmonis dan bahagia ?
- Fatimah J juga hanya memiliki sedikit harta selama menjalani kehidupan berumah tangga.
Mereka pernah menahan rasa lapar selama beberapa hari hingga wajah mereka menguning, lalu apakah kita berani mengatakan bahwa kehidupan rumah tangga mereka hancur berantakan ?
Tidak !
Bahkan Suami mereka adalah penghuni Surga Allah E.
Masya Allah.
Memang benar, sebagai seorang Istri jangan terlalu mudah untuk menuntut kalimat perpisahan hanya dikarenakan sebab-sebab di atas. Karena ummahatul mukminin tidak pernah memberatkan suaminya dengan perkataan tercela.
Selain itu, sebagai seorang Suami juga jangan terlalu mudah untuk mengatakan, “Aku tak punya harta, aku tak pantas untukmu duhai Istriku.”
Innalillahi wa innailaihi rooji’un.
Tahukah para Suami, kalimat tersebut justru enggan didengar oleh Istri kalian, karena para sahabat sama sekali tidak mencerminkan sifat keputus asaan di dalam diri mereka.
Tolak ukur keberhasilan dalam berumah tangga seorang Muslim adalah, ketika telah menikah, maka :
- Bertambahnya taqwa mereka kepada Allah E.
- Bertambahnya amalan-amalan sunnah mereka.
- Bertambahnya kesabaran mereka dalam menjalani takdir Allah E.
- Bertambahnya ghiroh (Semangat) dalam mendatangi majelis-majelis ilmu Allah E.
- Bertambahnya rasa takut di dalam diri mereka, karena mengingat bahwa mereka akan berpisah dan menghadap sidang Allah E.
- Bertambahnya harapan mereka kepada Allah E agar dapat dinikahkan kembali di dalam Surga Allah E tanpa hisab.
Masya Allah, BarakAllahu fiikum.
Narasumber :
Ustadz, Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA.
Leave a Reply