Mahalnya Hidayah Sunnah

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sesuatu yang paling mahal di dunia ini adalah hidayah mengenal sunnah. Mengapa dikatakan mahal ?

Karena hidayah mengenal sunnah sama seperti hidayah mengenal Islam. Dapatkah kita bayangkan, dari sekian milyar manusia yang hidup di muka bumi ini, berapakah di antara mereka yang mendapat hidayah untuk memeluk agama Islam ?

Dari sekian milyar orang yang beragama Islam, berapa persen di antara mereka yang hatinya tergerak untuk mendalami ilmu agama ?

Dan dari sekian persen orang yang mengalami agama Islam, berapa persenkah orang yang memang betul-betul mendalami agama dengan benar ?

Kemudian dari sekian orang yang mendalami agama dengan benar, berapa persenkah orang yang mengamalkan ilmu yang telah didapatkan ?

Oleh karena itu, hidayah mengenal sunnah serta mengamalkannya merupakan suatu hal yang sangat mahal, tidak akan tergantikan dengan dunia dan seisinya. Sehingga bagi yang telah mendapatkan hidayah yang sangat mahal ini, hendaknya ia bersyukur.

Ada sebuah kisah nyata tentang seorang Da’i yang berasal dari Kuwait, yaitu Dr. Abdurrahman As-Sumait. Beliau adalah seorang dokter internist (Ahli penyakit dalam). Beliau mengambil kuliah S1 di Baghdad, kemudian S2 di Inggris dan S3 di Kanada. Beliau sudah memiliki pekerjaan di rumah sakit Kuwait dengan penghasilan yang sangat besar. Akan tetapi, beliau tinggalkan semua itu dan pergi ke pedalaman Afrika dan mengajak penduduknya untuk masuk ke dalam agama Islam.

Ketika ada orang yang mau untuk meninggalkan keyakinannya yang lama dan mulai memeluk agama Islam, maka seusai mengucapkan dua kalimat syahadat, orang-orang Afrika tersebut menangis karena bahagia bercampur sedih. Mereka bahagia karena telah mendapatkan sebuah hidayah dan mereka bersedih sambil mengatakan, “Mengapa kalian (Kaum Muslimin) baru datang sekarang (Datang ke Afrika) ? Kemana saja kalian ? Sehingga orang tua kami tidak sempat menikmati indahnya Islam dan meninggal dalam keadaan kufur. Kemanakah kalian, wahai kaum Muslimin ?” Seperti itulah tanya orang-orang Afrika kepada beliau (Dr. Abdurrahman As-Sumait).

Hal itu menyentuh perasaan beliau, sehingga beliau mendedikasikan seluruh umurnya untuk berdakwah di negeri Afrika. Padahal beliau di sana mendapatkan banyak cobaan berupa penyakit-penyakit berat, seperti diabetes, ginjal dan hypertensi. Akan tetapi beliau tidak mempedulikan semua hal tersebut dan beliau meninggalkan seluruh kenikmatan duniawi, kemudian beliau memilih untuk menetap di pedalaman Afrika.

Di Afrika, beliau tidur di atas tikar dan beratapkan langit. Terkadang, beliau dihantui oleh ancaman binatang buas yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal beliau. Namun beliau dengan taufiq dari Allah E telah berhasil :

  1. Meng-Islamkan 11 juta orang.
  2. Membangun 5.500 buah Masjid di berbagai penjuru Afrika.
  3. Mengkader 40.000 Da’i.
  4. Terlibat di dalam aktivitas sosial, yaitu membangun 11.000 sumur.

Beliau wafat pada tahun 1434 H atau 2013 M. Beliau meninggal dengan meninggalkan sejumlah amalan kebaikan yang sangat berharga.

Sedangkan kita ?

Apa yang akan kita tinggalkan untuk akhirat nanti ?
Sudah berapa orang yang telah kita dakwahi, sehingga mereka mendapatkan hidayah ?
Mungkinkah orang tua kita sampai saat ini masih belum mengenal sunnah ?
Apakah hingga akhir hayat orang tua kita, kita masih belum mengenalkan sunnah kepada mereka ?

Allahul musta’an.

Narasumber :
Ustadz, Abdullah Zaen, Lc., MA.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*