Tingginya Ilmu bukan Tolak Ukur

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Karena ilmu terkadang tidak kita amalkan, yang benar ilmu hanyalah sebagai wasilah atau perantara untuk beramal dan bukan tujuan utama kita. Oleh karena itu, Allah E berfirman :

جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya :
Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Waqi’ah, ayat 24).

Dan cukuplah peringatan langsung di dalam Al-Quran bagi mereka yang berilmu tanpa mengamalkan. Allah E berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَْ كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan hal yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan. (QS. Ash-Shaff, ayat 3).

Dan keilmuan, kepintaran dan kedudukannya adalah dikarenakan karunia dari Allah E sehingga mudah untuk dipahami, dihapal dan diserap.

“Ilmu agama hanyalah sebagai wawasan ?”

Inilah kesalahan yang perlu kita perbaiki bersama, sebagian dari kita sangat giat untuk menuntut ilmu karena menjadikannya sebagai wawasan saja, agar mendapat kedudukan sebagai seorang yang tinggi ilmunya, dihormati banyak orang dan ingin untuk diakui keilmuannya. Kita perlu menanamkan dengan kuat bahwa niat menambah ilmu adalah agar akhlak dan amal kita semakin bertambah.

Ibnul Qayyim V mengatakan :

Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya, maka semakin bertambah juga tawadhu’ dan kasih sayangnya dan juga semakin bertambah amalnya, maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. (Al-Fawa’id, Hal. 171, Maktabah Ats-Tsaqofiy).

Narasumber :
dr. Raehanul Bahraen.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*