
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Akhi dan Ukhti.
Apakah sifat malu merupakan salah satu bentuk dari perbuatan yang terpuji ?
Mungkin kita semua sepakat jika sifat malu memang salah satu bentuk dari perbuatan yang terpuji, namun terkadang yang masih abstrak adalah bagaimana memaknai rasa malu yang terpuji tersebut.
Rasa malu adalah bagian dari keimanan. Orang yang memiliki akal sehat niscaya memiliki sifat pemalu, karena malu merupakan akar kesehatan akal seseorang dan sumber dari kebaikan. Yang tidak memiliki rasa malu hanyalah orang bodoh dan biasanya dia cenderung akan berperilaku buruk, tindakannya akan membuat orang lain terperanjat, seraya mengucapkan, “Gak nyangka kalau dia tega berbuat seperti itu,” “Kok bisa dia melakukan itu ?” Suatu bentuk kekecewaan yang mendalam.
Ketika rasa malu telah hilang, manusia akan mulai berdusta, menipu, mencuri, merampok, membunuh, memutilasi, memperkosa, korupsi, mengingkari janji, berkata jorok, mengumbar aurat dan segala bentuk keburukan yang lain. Dia akan bertindak seenak perutnya saja, bahkan ada pula yang menyerupai perilaku binatang.
Nabi H bersabda :
إِنَّ مِـمَّـا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى : إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ ؛ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Artinya :
Sesungguhnya di antara yang didapat manusia dari perkataan kenabian terdahulu ialah, jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu. (HR. Al-Bukhari, No. 6120).
Tatkala rasa malu telah menghilang, maka kebaikan juga akan sirna dan ketentraman ini akan segera berakhir. Perasaan malu itu ada dua macam, yaitu malu kepada Allah E dan malu kepada sesama manusia. Malu kepada Allah E merupakan sebuah bentuk kewajiban dan malu terhadap sesama manusia merupakan hal yang disunnahkan.
Malu kepada Allah E dapat mendorong seseorang untuk menghindari dan menjauhi segala hal yang dibenci oleh Allah E. Malu kepada manusia dapat membuat seseorang menghindari perbuatan dan perkataan yang tidak disukai oleh masyarakat.
Perhatikan petuah Nabi H dari Abdullah bin Mas’ud I. Rasulullah H bersabda :
اسْتَحْيُوا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ
Artinya :
Hendaklah kamu benar-benar malu kepada Allah !” Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, alhamdulillah kami malu (Kepada Allah) dan alhamdulillah.
Kemudian Beliau H bersabda :
لَيْسَ ذَاكَ وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ
Artinya :
Bukan begitu (Sebagaimana yang kamu sangka). Tetapi (Yang dimaksud) benar-benar malu kepada Allah adalah engkau menjaga kepala dan isinya, menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya. Dan hendaklah engkau mengingat kematian dan kebinasaan. Dan barang siapa menghendaki akhirat, dia menginggalkan perhiasan dunia. Barang siapa telah melakukan itu, berarti dia telah benar-benar malu kepada Allah B. (HR. Tirmidzi, No. 2458 dan HR. Ahmad, No. 3662).
Akhi dan Ukhti, itulah rasa malu yang sebenarnya dan semoga kita semua sudah merasakannya.
Narasumber :
Ustadz, Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA.
Leave a Reply