Madu dan Racun Kehidupan

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Di antara manusia ada orang-orang yang senantiasa dirindukan. Dengan senyumnya yang selalu terkembang, kebaikannya yang selalu tersebar, hartanya yang selalu dibagikan, nasehat dan petuah-petuahnya yang senantiasa menyejukkan, membuat kehadirannya selalu dinantikan manusia.

Hidupnya membuat carut-marut dunia menjadi indah dan bermakna. Merubah gelap menjadi terang, membuat dahaga dan lapar menjadi kenyang, menyulap kesedihan menjadi kebahagiaan, menghantarkan keberuntungan kepada setiap manusia dengan harta, jabatan, ilmu dan apa yang dimilikinya.

Kepergiannya adalah musibah, mengalirkan air mata, membuat langit yang cerah menjadi mendung, merubah oase menjadi kering. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Laksana lebah yang senantiasa mendatangkan kebaikan, membantu penyerbukan sebagian tumbuh-tumbuhan, menghisap saripati bunga dan mempersembahkan yang terbaik kepada manusia berupa madu-madu yang manis dan berkhasiat. Hinggap di tempat yang baik-baik dan menghasilkan yang baik-baik. Kehadirannya ditunggu-tunggu oleh bunga dan tanaman, sedangkan madunya dinantikan manusia.

Di antara manusia ada yang menjadi racun kehidupan. Mengenalnya adalah mimpi buruk di dalam kehidupan. Bersamanya laksana meneggak piala yang indah tapi berisikan racun yang mematikan. Dirinya adalah torehan tinta kelam yang merubah kertas putih menjadi hitam legam. Bertemu dengannya bagaikan lautan yang bergelombang berubah menjadi badai yang memecah perahu bahkan karang.

Bersamanya adalah potongan dari denyut nadi kehidupan yang dipenuhi dengan onak-onak yang menikam perih di dalam kulit. Sungguh dia bagaikan serigala berbulu domba, musang berbulu ayam, zahirnya tampak bagaikan lebah yang selalu memberi madu, akan tetapi di dalamnya adalah kalajengking yang berbisa dan mematikan.

Licin bagaikan belut, penuh dengan tipu daya dan muslihat, tidak pernah berhenti untuk menciptakan makar dan api permusuhan dengan setiap orang yang mengenalnya. Dusta menjadi tabiat, dengki menjadi sifat, dendam menjadi kain pelekat.

Ahli beretorika, hebat dalam berdebat, handal dalam memukau lawan bicara, jago dalam meyakinkan manusia. Sekali mendengarnya pasti akan terpukau dan menganggukkan kepala, namun jika ditelusuri, maka akan ketahuan “belangnya” bahwa dia adalah dajjal bermata dua.

Perumpamaan seperti dukun ataupun peramal yang bekerja sama dengan syaitan yang bertujuan untuk meracik suatu kebenaran dengan seribu kedustaan. Ahli dalam mengadu domba dan memecah belah. Mangabdikan hidup hanya untuk mencari musuh dan lawan sebanyak-banyaknya.

Menyebutkan namanya dapat membuat orang menutup telinga dan menjauh karena jijik dengan perangainya. Semboyan hidupnya, “Hari ini si Fulan jadi musuhku, besok siapa lagi ?”

Kepergiannya dinantikan banyak orang, hilangnya merubah awan gelap menjadi cerah. Membuat tawa dan senyuman manusia mengembang, beban derita mereka menjadi hilang, duka dan nestapa mereka juga lenyap.

Semoga kita semua terpelihara dari kejahatan syaitan dari jenis manusia yang seperti ini. Wallahul musta’an.

Narasumber :
Ustadz, Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*